Home > Sejarah

Politik Pakai Sepatu di Indonesia Era Kolonial

Mencari jejak munculnya kesadaran bersepatu di masyarakat Batavia

Akhirnya, pribumi pakai sepatu. Ambtenaar pribumi mengenakan sepatu tanpa menunggu instruksi atasan. Mereka menyejajarkan diri dengan elite pribumi yang lebih dulu mengenakan sepatu. Di jalan-jalan Batavia, hanya penduduk miskin dari desa-desa sekitar yang masih belum bersepatu.

Batavia dan kota-kota besar di Pulau Jawa kebanjiran sepatu dari luar dan dalam negeri. Sentra sepatu di Solo dan Semarang, yang muncul sejak 1904, meningkatkan produksinya untuk dipasarkan di Batavia. Pada dekade pertama sejak pidato Soemarsono, dan pemerintah menyetujui pribumi pakai sepatu, muncul pengrajin sepatu di Cimahi, Pekalongan, Bandung, Yogyakarta, dan Padang.

Bersamaan dengan itu terjadi sepatunisasi di kalangan militer dan polisi. Prajurit KNIL dan marsose tidak lagi bertelanjang kaki. Polisi yang berpatroli di kampung-kampung mengenakan sepatu khusus yang dibuat tahanan di penjara Cipinang.

Namun, setelah hampir 30 tahun terjadi sepatunisasi di kalangan pribumi, industri sepatu -- pembuatan sepatu secara massal dengan pekerja mencapai ribuan -- belum muncul. Penyebabnya, pemerintah Hindia-Belanda harus melindungi kelangsungan industri sepatu lokal sebelum investasi asing yang mendirikan pabrik sepatu berdiri.

Semua pertimbangan itu berakhir ketika Hindia Belanda memberi izin pembangunan pabrik sepatu Bata di tanah partikelir Kali Bata.

× Image