Home > Sejarah

Melawan Arus Batang Kuantan, Kisah 75 Tahun Rombongan Syaruddin Menuju Ranah Rajo Ibadat

Mengenang pembentukan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) pada tanggal 19 Desember 1948.

Masyarakat Sumpur Kudus dan Silantai menyimpan ingatan yang kuat terhadap Sjafruddin. Terutama kebiasaannya jalan-jalan pagi. Sjafruddin kerap membawa tongkat yang terbuat dari bahan rotan. Untuk mengabadikan kenangan terhadap Ketua PDRI selama di Silantai, masyarakat Ampalu menamakan jalan di kampung mereka dengan nama Sjafruddin Prawiranegara.

Dalam kesibukannya, Sjafruddin tidak pernah melupakan awak Stasiun Radio. Ia kerap menanyakan kesehatan dan kecukupan persediaan makanannya.

“Benar-benar besar perhatian Ketua Menteri terhadap Stasiun Radio AURI “UDO” ini, yang dengan setia mengikuti terus-menerus perjalanan rombongan PDRI ini, Di Silantai, Ketua Menteri dengan para menterinya selama kurang lebih empat puluh satu hari mengalami hari-hari. Tidak sempat lagi para menteri pergi ke pasar apalagi bermain sepakbola seperti waktu di Bidar Alam. Tetapi Ketua Menteri hampir setiap pagi dengan beberapa teman berjalan pada pagi-pagi hari” demikian kesaksian dari Umar Said Noor untuk ketua PDRI itu.

Dan, Tanggal 14-17 Mei 1949 merupakan hari-hari penting untuk pembicaraan yang berkenaaan dengan diteruskan, atau berakhirnya PDRI.

× Image