Home > Sejarah

Melawan Arus Batang Kuantan, Kisah 75 Tahun Rombongan Syaruddin Menuju Ranah Rajo Ibadat

Mengenang pembentukan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) pada tanggal 19 Desember 1948.

Melawan derasnya Arus Batang Kuantan

Perjalanan dari Abai Sangir menuju ke Calau, Sumpur Kudus memakan waktu sepuluh hari. Mengapa harus lewat jalur sungai? Tentunya, untuk menghindari tindak mata-mata yang dilakukan tentara Belanda dan spionasenya. Di samping, akses yang paling mudah untuk mencapai Calau adalah lewat jalur sungai.

Sekali lagi, perjalanan yang ditempuh, tidaklah mudah. Kesaksian dari Umar Said Noor (2001) mengungkap, ganasnya arus sungai yang mereka lalui. Mereka berhadapan dengan arus sungai yang deras dan berbatu. Meskipun perahu dikemudikan oleh para pendayung yang cekatan dan berpengalaman, namun kondisi arus sungai yang deras membuat prajurit yang membawa radio sender itu, was-was.

“Arus sungai mendorong perahu-perahu meluncur dengan cepat. Perahu-perahu yang dikemudikan oleh para pendayung yang berpengalaman dan cekatan tidak mengalami kesulitan apalagi kecelakaan. Arus sungai yang deras dan sering berbatu-batu dilaluinya dengan mudah. Hanya kadang-kadang kami sebagai penumpang dibuatnya senewen. Menjelang masuk ke Sungai Dareh, kondisi sungai tidak lagi berbatu-batu, tetapi arusnya masih tetap deras.” – demikian kesaksian dari Umar.

× Image