Home > Budaya

Renungan Gamawan dan Khalil Gibaran: Tragedi Bangsa Kasihan!

Bangsa kasihan selalu memaki kekuasaan lama yang akan pergi dan memuja-muja penguasa baru.

Gamawan di sini hanya ingin bicara sederhana: masyarakat Minang tak pernah tradisi memuja-muja kekuasaan karena mereka berbudaya egaliter dan rasional. Orang Minang tak ingin dan bila dikaitkan dengan puisi klasik dari penulis Arab Lebanon, Khalil Gibran, dengan sebutan sebuah ‘Bangsa Kasihan’.

....Kasihan Bangsa Yang mengenakan pakaian Yang tidak ditenunnya, Memakan roti dari gandum Yang tidak ia panen

Kasihan Bangsa Yang menjadikan orang dungu sebagai pahlawan Dan menganggap penindasan sebagai hadiah

Kasihan Bangsa Yang meremehkan nafsu dalam mimpi-mimpinya ketika tidur Sementara menyerah padanya ketika bangun

Kasihan Bangsa Yang tak pernah angkat suara Kecuali ketika berjalan di atas kuburan Tidak sesumbar kecuali di reruntuhan Dan tidak memberontak kecuali ketika lehernya sudah berada di antara pedang dan landasan

Kasihan Bangsa Yang negarawannya serigala Filosofnya gentong mati Dan senimannya tukang tambal dan tukang tiru

Kasihan Bangsa Yang menyambut penguasa barunya dengan terompet kehormatan Namun melepasnya dengan cacian Hanya untuk menyambut penguasa baru lain, dengan terompet lagi

Kasihan Bangsa Yang orang sucinya dungu menghitung tahun-tahun berlalu Dan orang kuatnya masih dalam gendongan

Kasihan Bangsa Yang terpecah-pecah Dan masing-masing pecahan menganggap dirinya sebagai bangsa....

× Image