Home > Budaya

Mengejar Taliban Hingga ke Lahore

Taliban itu sebenarnya hanya siswa pendidikan Islam (santri).

Dan benar saja sampai di Masjid Badshahi yang dibuat para Sultan Mughal itu banyak terdapat rombongan anak-anak sekolah yang bersorban putih. Mereka tengah merubung sebuah mimbar yang di dekatnya terlihat duduk lelaki setengah baya berjenggot lebat yang tengah sibuk memutar-mutar tasbih. Sesekali dia berteriak memberi aba-aba agar anak-anak yang merubungnya berhenti bicara.

Setelah itu dengan sebuah dalam bahasa Urdu dia menyuruh anak-anak yang merubungnya mendendangkan sesautu. Tapi astaga! yang kemudian terdengar adalah sebuah lagu bersyair Arab yang begitu akrab ditelinga. Lagu puji-pujian para santri setiap kali akan masuk waktu shalat.

''Syif jadi taliban sama saja dengan santri,'' tanyaku ke Hasyif setelah mendengar syair lagu yang didendangkan para taliban itu.

''Ya iya lah. Taliban di sini juga Suni dan santri yang di pesantren itu juga Suni bukan. Cuma di sini kesannya jadi pejoratif karena memakai nama Taliban. Padahal nama ini sebenarnya netral-netral saja untuk menyebut seorang atau sekumpulan siswa yang tengah belajar agama. Taliban (Pakistan), santri (Jawa), student (inggris), medresanti (Bosnia) ya istilahnya yang sama saja,'' tuturnya lagi.

''Jadi mereka Wahabi? Radikal?'' tanya saya lagi.

''Ya tidaklah. Nama Taliban jadi terkesan radikal sebagai hasil cuci otak media massa barat. Kamu tahu mengapa taliban jadi radikal? Ya karena mereka tahu tanak airnya diobok-obok oleh orang barat, Eropa dan Amerika. Para taliban itu tak terima karena tanah airnya diserbu begitu saja oleh tentara asing. Mereka akhirnya menerima dan berkawan dengan taliban karena merasa satu perjuangan. Jadi jangan salah kira. Gampang gebyah uyah (disamaratakan),'' jawab Hafiz lagi.

Mendengar keterangan Hafiz, kini menjadi benar adanya kata seorang Jendral dari Angkatan Perang Pakistan. Dalam sebuah perbincangan dia mengatakan,''Apa yang disebut Taliban berubah menjadi radikal karena hidup mereka sangat sulit. Di wilayahnya yang ada di pegunungan terpencil dahulu tak ada fasilitas umum seperti kesehatan dan sekolah. Mereka melawan karena hidupnya susah,'' kata sang Jendral.

× Image