Qiraah Tenor Faisal Basri
Oleh: Hamid Basyaib, Jurnalis Senior dan Penulis
JIKA cita-cita bangsa Palestina terwujud untuk memiliki negara sendiri, maka negeri itu akan dengan cepat menjadi pusat keuangan di Timur Tengah. “Para pebisnis dan ahli-ahli finansial Palestina yang selama ini sukses di Amerika dan Eropa,” kata Faisal Basri, “akan berbondong pulang ke tanah Palestina dan menggerakkan perekonomian di sana, terutama sektor finansial.”
Ia mengatakan hal itu pada diskusi dalam rangkaian acara “Pekan Palestina” di kampus UII Yogyakarta, 1989. Sebagai moderator, saya terperangah mendengar uraiannya yang disampaikan dengan kalem dan sarat data. Saya merasa selama ini cukup mengikuti isu konflik Timur Tengah, tapi rupanya saya hanya berfokus pada aspek politik dan militer, dan tidak pernah memikirkan sisi yang diungkap Faisal dengan sangat baik.
Harapannya tak pernah terwujud. Palestina malah semakin robek. Status financial hub itu diraih UEA, khususnya Dubai. Rupanya ia terlalu optimistik — mungkin juga optimisme ini muncul karena dorongan simpati yang meluap pada nestapa bangsa Palestina.
Tetapi setidaknya ia mengajukan suatu analisis yang masuk akal, lengkap dengan topangan data ekonomi yang meyakinkan, tentang suatu aspek yang hampir tak pernah disinggung oleh pengamat Timur Tengah mana pun, di Indonesia maupun luar negeri.