Home > Musik

Ramadhan Indonesia : Benarkah Selera Musik Warga NU Bercorak Arab, Warga Muhammadiyah Barat?

Apa sih sebenarnya selera musik dan budaya Muslim Indonesia?

Tak cukup dengan itu, Cak Nur kemudian memberi contoh dengan mudah bahwa anggapan itu ‘keblinger’ adanya.Lihat saja misalnya pada fesyen orang NU (para kiai NU) yang gemar pakai jubah dan turban. Itu jelas malah ke Arab-araban. Musiknya pun musik arab, yakni kasidah atau gambus.

‘’Nah sekarang lihat kepada ekpresi budaya orang Muhammadiyah itu malah mengenakan pakaian ala barat. Sekolahnya model klasikal ala barat. Musiknya pakai musik barat atau berirama latin ala lagu grup Bimbo. Warha Nu akrab dengan syair Arab dan musik gambus ala Timur Tengah. Dan lalu apa keduanya Islam radikal,’’ tukas Nurcholish Madjid seraya mencontohan lagi ketidakpahaman sebagian orang mengenai klaim budaya sarung hingga baju koko sebagai pakaian Islami, padahal itu pakain keseharian orang Mynmar dan Cina.

Bahkan khusus untuk penggunaan sarung (di Mynmar disebut Longyi), pernah rekan saya alami langsung. Dalam kunjungan ke Mynmar dalam kasus Rohingnya, kala itu dibawa bantuan dari Palang Merah Indonesia yang diketuai Jusuf Kalla. Ada satu kontainer penuh bantuan berisi berupa kain sarung.

Uniknya, warga di sana —tak hanya yang Muslim— semua menyambut gembira dan antusias atas datangnya bantuan itu. Setiap kali merima bungkusan kain itu, mereka menciumi dan mengelus-elus sarung asal Pekalongan yang menurutnya sangat berkualitas itu.

Mata mereka berbinar sebab keseharian warga Mynmar memang pakai sarung ke manapun pergi. Bahkan, baju nasional mereka pakai fesyen yang mirip orang ‘Jawa’ mengenakan kain Sarung.

× Image