Home > Musik

Ramadhan Indonesia : Benarkah Selera Musik Warga NU Bercorak Arab, Warga Muhammadiyah Barat?

Apa sih sebenarnya selera musik dan budaya Muslim Indonesia?

Tentu saja dia mengkaitkan semua itu karena dia mengalami phobia meluasnya kekerasan yang dilakukan sebagian umat Islam seperti yang banyak lekat kala itu disebut dalam berbagai media massa lokal maupun internasional..

“Ada organisasi Islam di Indonesia yang tua. Yang satunya orientasi Islam ke Arab-araban yang satunya tidak. Yang satunya lebih toleran dan yang satunya terkesan tidak. Dalam hal ini dia mencontohkan NU sebagai sebagai lebih toleran dan Muhammadiyah yang dia sebut sebagai tidak karena ‘ke Arab-Araban’,’’ kata si wartawati yang diam-diam saya sering menjumpainya di halte Bus Way.

Perstiwa itu meski sudah bertahun-tahun silam, tapi saya catat betul dalam benak dan jadi bahan renungan sampai hari ini.

Diserbu pertanyaan itu, mendiang DR Nurcjolish Madjid (Cak Nur) terlihat sedikit terhenyak. Namun dia menanggapinya dengan senyum-senyum dengan kata manis dan mengutip di sana-sini berbagai khazanah pemikiran dunia yang diselingi berbagai kutipan litelatur dalam berbagai bahasa baik Arab, Inggris, Parsi, hingga Prancis dengan fasih. Di situ saya juga terpana karena Cak Nur mengucapkannya tanpa membaca refernsi alias di luar kepala.

‘’Lho apa jadi lucuan betul ya Mbak. Saya lihat malah NU justru yang ke Arab-araban dan Muhammadiyah justru yang ke barat-baratan. Jadi tudingan pemikiran anda malah terbalik. Lihat saja pada kecenderungan fesyen dan budaya kedua ormas ini. Lagi pula apa ukuran anda melihat itu semua sebagai sesutau yang radikal? Sebab, radikal bisa ditimbulkan oleh sebab apa pun, tak hanya berasal dari agama, tapi bisa idelogi, hukum, hingga soal ekonomi dan politik. Dalam Islam (Alquran) itu ada kalimat ‘La syarbiyah wala gharbiyah’ (tidak di barat atau di timur),’’ kata Nurcholish ringan sembari tetap setengah berfilsafat.

× Image