Malik Ahmad Di Antara Tugas Menjaga Perbekalan dan Mengurus Korban Perang Masa PDRI
Ditunjuk Mengurus Perbekalan dan Pengungsi di Masa Darurat
Tepatnya, pada 15 Desember 1948, M. Joenoes Anis dari PB Muhammadiyah, Sidi Mhd. Ilyas (aanemer/Ketua Masyumi Padang Pariaman 1945-1946), dan Samik Ibrahim (pemilik NV Kopan) telah berkumpul di kediaman mertua Malik Ahmad di Pasie Bukittinggi.
Misi Joenoes Anis ke Bukittinggi adalah menyerahkan emas batangan, dan kain batik pada Samik Ibrahim, untuk modal usaha produktif bagi Muhammadiyah Sumatra Tengah.
Samik Ibrahim–perintis Muhammadiyah di Bandar X dan Sungai Penuh Kerinci itu, memang berniaga di Jalan Kumidi dan Kumango Bukittinggi. Kedua kedai yang dikelolanya, adalah usaha produktif, untuk Muhammadiyah Sumatra Tengah. Pesatnya perkembangan kedua kedai ini, rupanya hanya bertahan jelang Agresi Militer Belanda II.
Pada 19 Desember 1948, seluruh masyarakat digegerkan dengan berita penyerangan dan pendudukan ibukota Yogyakarta. Pun, ditawannya dwi tunggal Soekarno-Hatta oleh pasukan Belanda, untuk dibuang ke Muntok, Pulau Bangka.
Pasca ditawannya founding fathers, militer Belanda bergerak merebut Bukittinggi sebagai basis utama ibukota RI. Kekacauan segera terjadi. Kekuasaan pun vakum, karena Sjafruddin Prawiranegara belum mendapatkan surat kawat yang dikirim Bung Karno dan Bung Hatta, untuk membentuk pemerintah darurat di Sumatra Barat.
Atas inisiatif pribadinya, dibantu Gubernur Sumatra Teuku Moh. Hasan, residen Sutan Moh. Rasjid, pejabat sipil, dan militer, dibentuklah Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI).
Di saat genting itu, Joenes Anies, Sidi Mhd. Ilyas, Samik Ibrahim yang berdiam di rumah mertua Malik Ahmad, dilanda kepanikan. Dari Radio RRI, mereka mendengar instruksi Gubernur Militer Sutan Moh. Rasjid, agar segera membumihanguskan objek vital di Bukittinggi.
Bersama Saalah Yusuf Sutan Mangkuto, Joenoes Anis, Oedin, R.I Datuk Sinaro Panjang, Iskandar Zulkarnaini, dan Sidi Mhd.Ilyas, Malik Ahmad segera bergabung di Istana Bung Hatta, untuk mendengar instruksi lebih lanjut dari Ketua PDRI Mr. Sjafruddin Prawiranegara.