Home > Sastra

Mengenang Sang Arjuna Mencari Cinta: Seperti Daun, Yudhis Runduk Pada Musim

Mengenang Yudhistira Massardi meninggal setelah merayakan ulang tahun ke-70

Yudhis juga menulis sejumlah lakon sandiwara yang memenangi lomba Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), seperti Wot (1977) dan Ke (1978). Novel Mencoba Tidak Menyerah karyanya menang dalam Sayembara Mengarang Roman DKJ pada 1977. Pada periode yang sama, kumpulan puisinya, Sajak Sikat Gigi, terpilih sebagai kumpulan puisi terbaik 1976-1977 oleh DKJ.

Selama di Paris, saya menjadi koresponden majalah Tempo. Pada Oktober 1981, saya kembali ke Tanah Air. Saat itu Yudhis juga bekerja di Tempo. Maka saya memutuskan melamar pekerjaan sebagai wartawan Kompas dan diterima. Jakob Oetama, pemilik Kompas, lalu meminta saya memimpin majalah berita bergambar Jakarta-Jakarta. Atas izin Jakob, saya mengajak Yudhis menjadi redaktur pelaksana bersama Seno Gumira Ajidarma dan Kurniawan Junaedhie.

Sebagai manusia kembar, saya dan Yudhis mungkin merupakan fenomena unik dalam dunia sastra dan pers. Namun kebersamaan kami di Jakarta, setelah terpisah selama hampir enam tahun, tidak lagi seperti dulu ketika masih bujangan. Setelah lepas dari Jakarta-Jakarta, kami berpisah pekerjaan di pelbagai media. Yudhis antara lain pernah bekerja di majalah Editor, Humor, dan Gatra. Kami juga sudah memiliki keluarga mandiri masing-masing dan menjalani takdir sendiri-sendiri.

Meskipun demikian, hubungan batin dan hubungan pribadi kami sekeluarga tetap terjalin dengan baik. Di pelbagai tempat ngopi kami selalu bertemu. Namun Sang Maut akhirnya memisahkan kami untuk selamanya pada Selasa malam, 2 April 2024, setelah kami merayakan kehidupan berdua selama 70 tahun. Ya, kita memang seperti dedaun, sebagaimana kata Yudhis dalam sajak “Akhirnya Kita Seperti Dedaun”: Runduk pada musim/bersama bunyi langit, guruh gaduh, di gunduk kubur.

× Image