Home > Budaya

Mitos Warna, Belajar dari Sukses Pita Limjaroenrat Memenangkaan Pemilu Thailand

Benarkah mitos warna mempengaruhi politik?

Oranye dan Kemenangan Pita Limjaroenrat

Orang Thailand kenal warna oranye, tapi tak pernah -- apalagi menganggapnya mitos -- mengenakannya. Oranye bukan warna primer, tapi campuran merah dan kuning.

Pemilu 2023, yang dimenangkan Move Forward pimpinan Pita Limjaroenrat, memunculkan oranye sebagai warna baru dalam politik Taiwan.

Pertanyaannya, mengapa oranye?

Kita tahu oranye adalah hasil pencampuran warna merah dan kuning. Maka, kita sah-sah saja mengatakan oranye adalah warna politik Pita Limjaroenrat yang ingin menyatukan dan melebur warna kuning dan merah.

Jika asumsi itu dikemukakan akan muncul pertanyaan lain, yaitu apa warna dasar politik Move Forward? Lebih spesifik lagi, apa warna asli Pita Limjaroenrat?

Lahir di Bangkok 5 September 1980, Pita berasal dari keluarga kelas menengah berpengaruh. Ayah dan pamannya adalah penasehat pemerintah Thailand. Terakhir, keduanya menjadi pembantu dekat PM Thailand Thaksin Shinwatra. Jadi, warna dasar Pita Limjaroenrat adalah merah.

Tidak ada laporan Pita Limjaroenrat pernah mengenakan kaos merah dan turun ke jalan untuk mendukung Thaksin Shinawatira, karena saat kisruh itu terjadi ia sibuk menyelamatkan Agrifood – bisnis keluarga yang sekarat akibat utang – dari kebangkrutan.

Pita kembali ke Thailand tahun 2005, setelah menghabiskan masa remaja di Selandia Baru, kuliah di tigauniversitas di AS; Universitas Texas, Universitas Harvard, dan Insititut Teknologi Massachussets. Ketika Thaksin Shinawatra digulingkan tahun 2006, ia berusaha fokus karier bisnis. Ia beruntung upayanya menyelamatkan Agriffod tidak terganggu kisruh politik.

Sukses menyelamatkan Agrifood, Pita menerima tawaran menjadi direktur eksekutif Grab Thailand. Antara 2017 dan 2018 Pita mengelola Grab Thailand, unit usaha Grab Holding Inc.

Pita mengawali karier politik dengan membentuk Future Forward. Tahun 2020 Mahkamah Konstitusi Thailand membubarkan partai itu.

Menolak putus asa, Pita membentu Move Forward tiga tahun lalu. Ia berkampanye dengan bahasa pemilih muda Thailand dan menyedot banyak dukungan.

Kepada generasi muda, Pita memperlihatkan warna 'merah' politiknya dengan menjanjikan dua hal; penghapusan wajib militer dan mengakhiri hukum lese-majeste yang mengkriminalisasi siapa pun yang mengkritik monarki.

Dua janji ini membuatnya tak banyak mendapat simpati generasi tua Thailand, yang notabene pendukung monarki dan mengenakan kaos kuning.

Dalam sistem pemilu sederhana, Pita dengan Move Forward-nya disebut pemenang. Namun, dia tidak meraih suara mayoritas.

Move Forward meraih 151 dari 500 kursi parlemen. Pheu Thai meraih 141 kursi, United Thai Nation 36 kursi, Palang Pracharath 40 kursi, Bhumjaithai -- partai yang isu kampanyenya hanya legalisasi ganja -- meraih 70 kursi.

Apakah Pita Limjaroenrat sukses menyatukan kuning dan merah? Waktu yang akan menjawab. Sebab, dia harus membentuk pemerintahan koalisi, dan militer menunggu peluang untuk kudeta lagi jika merah terlalu mendominasi politi Thailand dan membahayakan monarki.

Penulis: Teguh Setiawan, Jurnalis Senior Republika.

× Image