Ke Mana Perginya Permainan Gigit Koin di Jeruk Yang DIlumuri Arang
Oleh; Teguh Setiawan, Penulis Sejarah
Saya lupa dari mana mendapatkan gambar ini. Yang pasti, ini gambar serdadu Belanda di Indonesia dalam satu perayaan, beberapa pekan sebelum usai Konferensi Meja Bundar (KMB).
Dulu, saat saya masih kecil, permainan ini selalu ada di setiap Perayaan HUT Kemerdekaan RI. Buah jeruk bali berselip sejumlah koin Rp 100 dilumur arang campur minyak.
Saya dan kawan-kawan seusia berebut menggigit koin itu dan menariknya. Alangkah senang jika dapat melakukannya, apalagi jika mendapat beberapa. Sebab setelah itu saya bisa jajan yang enak-enak.
Kini, permainan ini seolah lenyap. Saya tanya keponakan apa penyebabnya?
Keponakan saya nggak bisa jawab. Saya katakan permainan ini lenyap sekian lama, tapi kita — setidaknya saya dan mungkin yang lain juga — baru menyadarinya. Semua itu disebabkan satu hal, nilai rupiah kita terus turun dan koin tak lagi punya martabat di kalangan anak-anak.
Saat ini, pecahan terkecil koin rupiah adalah Rp 1.000. Bentuknya kecil. Jika diselipkan di jeruk bali yang dilumuri arang dan minyak pasti nggak bisa digigit.
Namun, bukan itu yang penting. Nggak ada anak-anak yang rela mulut belepotan arang untuk mendapatkan Rp 1.000 sampai Rp 2.000. Sebab tidak ada jajan mewah dengan Rp 2.000. Paling-paling dapat minuman dengan kandungan pemanis buatan.
Mungkin, kalau koin pecahan Rp 10 ribu, atau Rp 20 ribu, permainan ini akan muncul lagi. Sebab, senilai itulah jajan anak-anak kita saat ini.