Home > Politik

Keseruan Debat Capres di Panggung Tanpa Podium

Siapa yang menjadi pemenang debat?

Normativitas Prabowo mencoba mengimbangi gebrakan Anies. Prabowo mendasarkan argumennya pada suatu fakta bahwa di tengah gejolak dunia yang sedang penuh ketidakpastian, Indonesia masih aman. Prabowo normatif saja, “Kita faham, kita mengerti, masih banyak kekurangan. Tetapi Indonesia masih aman, Indonesia masih damai Indonesia masih terkendali harga-harga masih terkendali, ekonomi masih aman.Karena manajemen negara yang berhasil.” Tingkat keberhasilan negara bagi Prabowo justru hanya diukur melalui entitasnya yang masih ada, terkendali, dan belun bubar. Soal warganya menderita atau tidak, seolah tak menjadi perhatian.

Keragu-raguan Ganjar menyela di tengah-tengah normativitas Prabowo dan harapan yang diusung Anies. Ganjar seolah datang menyodorkan alternatif. Tetapi ceritanya yang berkepanjangan tentang orang-orang yang ditemuai dari Sabang sampai Merauke, membuat ia kehilangan poin perihal apa yang hendak disampaikan.

Keragu-raguannya justru semakin tampak pada kesempatan ini, terutama ketika ia menyerukan agar demokrasi harus dijaga bersama-sama, pemerintah harus akomodatif dan bersih. Ganjar yang kelihatan ragu untuk menunjuk ‘aktor’ di balik kegagalan rezim saat ini, membuatnya ia tak lebih dari sekedar seorang ‘motivator.’

Pada kesempatan lain, Anies mencoba memancing lawan debatnya untuk melakukan pendalaman pada inti persoalan. Melalui symptomatic reading, Anies menyodorkan 3 hal terkait perkembangan demokrasi kita hari-hari kini. Pertama, kebebasan berbicara sedang berada dalam ancaman setiap waktu.

Kedua, ketiadaan oposisi yang kuat membuat demokrasi kita mengalami dekadensi. Ketiga, proses Pemilu yang penuh dengan “persekongkolan” membuat demokrasi kita semakin hancur baik di mata rakyat lebih-lebih di mata internasional.

× Image