Home > Sejarah

Ada Kebohongan Sejarah 20 Mei Sebagai Hari Kebangkitan Nasional!

Budi Utomo sudah lama digugat pakar sejarah sebagai pelopor kebangkitan bangsa.

Pada 1 Januari 2000 Prof. Sartono Kartodirjo menulis artikel dengan judul “Perhimpoenan Indonesia dan Manifesto Politik.”5 Artikel tersebut tahun 2005 dimuat dalam bukunya yang berjudul “Sejak Indische Sampai Indonesia.6 Dalam artikel tersebut, Sartono mengangkat peran Perhimpunan Indonesia (PI) di Belanda, di mana Sartono menulis:7

“Jauh lebih dahulu sebelum perkumpulan-perkumpulan lain-lainnya, Perhimpunan Indonesia telah mengekspresikan aspirasi politik, karena sadar betapa rendah status politik pribumi dibanding dengan kaum Eropa atau Belanda, baik sistem diskriminasi maupun sistem segregasi sangat mencolok dalam kehidupan sehari-hari pada masyarakat kolonial.”

Mencermati perjuangan Perhimpunan Indonesia, Sartono menilai, bahwa Perhimpunan Indonesia di Belanda adalah perintis gerakan nasionalis Indonesia. Sehubungan dengan ini, Sartono menulis:8

“Sebagai perintis gerakan nasionalis Indonesia, tujuan PI adalah ke arah emansipasi politik beserta aktivitas dalam kemandiriannya. Bersamaan dengan itu, kesatuan menjadi ideologi gerakan nasionalis. Dalam pernyataan dasar – dasar perkumpulan PI tercantum antara lain pembebasan Indonesia dari penjajahan melalui aksi massa rakyat yang penuh kesadarannya dan mengubah nama majalah menjadi Indonesia Merdeka dengan semboyan “Merdeka”.

Pendapat Prof. Sartono ini didukung oleh Prof. Ahmad Syafii Maarif dan Prof. Taufik Abdullah. Prof. Ahmad Syafii merujuk pada kesaksian dari R. Ali Sastroamijoyo, Pahlawan Nasional, (21.Mei 1903 – 13 Maret 1975), yang pernah menjadi anggota Jong Java (Pemuda Jawa). Sebagaimana diketahui, Jong Java merupakan organisasi pemuda Jawa yang adalah bagian dari Budi Utomo. Ahmad Syafii menulis: 9

“Karena itu, agar kita berlaku jujur dan adil terhadap masa lampau kita, saya mengusulkan agar penetapan permulaan Hari Kebangkitan Nasional adalah saat terbentuknya PI (Perhimpunan Indonesia – pen.),yang semula bernama Indische Vereeniging menjadi Indonesische Vereeniging, kemudian kukuh dalam bahasa Indonesia sebagai Perhimpunan Indonesia.”

Prof. Taufik Abdullah yang mendukung pendapat Prof. Sartono, dalam Kata Pengantar di buku “Sejak Indische Sampai Indonesia,” menulis antara lain:

“Begitulah kalau sejarah pergerakan kebangsaan dikaji lebih teliti, maka kelihatanlah bahwa mahasiswa yang bergabung dalam PI di negeri Belanda itulah yang sesungguhny bisa dianggap pelopor pergerakan nasionalisme anti kolonial yang radikal. Muda, terpelajar dan kosmopolitan para mahasiswa itu dengan jelas merumuskan ke mana pergerakan kebangsaan semestinya harus diarfahkan.”

× Image