Home > Budaya

Karena Emas di Papua: Kenangan Indah Novel Tahun 1947 yang Tak Kunjung Terwujud

Papua yang indah sudah di tulis dalam novel di Indonesia tahun 1947

Namun, imbas dari membaca kembali buku ini saya jadi teringat sahabat saya yang kini tinggal tanah yang tengah dilanda rusuh akibat soal ras itu. Di sana ada sahabat, Frans Maniagasi (Si penggemar nasi pecel pinggir selokan Mataram kala kuliah di Yogyakarta). Dan juga ipar wartawan top 'Kaka' Wolaz Krenak, Dulu sih tinggal di kampung Cigombong, dekat Jayapura. Kaka ini teramat baik hati dan Jenaka. Isteri saya kagum sekali padanya.''Kaka Wolaz yang sangat pintar, periang, dan menyenangkan,'' kata isteriku ketika kami bertemu di Terminal Blok M Jakarta.

Dan ini terbukti ketika Kaka Wolaz kemudian terbukti punya 'hubungan persahabatan spesial' dengan Presiden Megawati. Di Istana Negara dia selalu memanggil Presiden Megawati dengan sebutan 'Kaka Presiden'. Dan ibu Megawati selalu berpaling dan menjawab setiap ada lengkingan suara Wolaz memanggilnya. Ibu Megawati pun hampir selalu mengajak bicara dengan Kaka Wolaz ketika bertemu meski hanya sejenak. Itu yang membuat iri wartawan lain, karena khusus hanya Wolaz yang diperhatikan beliau dengan begitu rupa diantara sekian banyak wartawan yang bertugas di Istana Negara.

''Ah saya nggak ada hebatnya. Saya cuma beda dengan kalian. Ini mungkin yang menarik ibu Megawati. Saya kriting dan hitam to,'' kata Wolaz setiap kali ditanya mengapa ibu Megawati akrab dengan dirinya.''Ingat kalau orang berambut lurus dan berkulit tak sepekat saya itu jadi wartawan itu banyak sekali. Tapi kalau kayak saya kan jarang sekali,'' ujar Wolaz sambil tertawa terkekeh-kekeh.

× Image