Home > Sejarah

Golongan Sayid (Keturunan Nabi) dalam Buku LWC van den Berg; Oran Arab di Nusantara (1)

Kisah para keturunan Nabi di Nusantara
Seorang Arab pada masa <a href=Hindia Belanda(litografi berdasarkan gambar oleh Auguste van Pers, pada tahun 1854. (Foto, Wikipedia)" />
Seorang Arab pada masa Hindia Belanda(litografi berdasarkan gambar oleh Auguste van Pers, pada tahun 1854. (Foto, Wikipedia)

Dalam buku yang berjudul Asli: Le Hadhramout detles Colonies Arabes Dans I'Archipel Indien karya L.W.C. van den Berg, diterjamahkan 'Orang Arab di Indonesia', diceritakan mengenai sosok yang disebut golongan Sayid. Di situ Berg mengenai posisi sosial golongan ini. Menurut dia golongan Saydi itu golongan yang tidak berdagang dan tidak bergerak dalam bidang industri.

Di samping itu, keculai keluarga Syekh Abu Bakr, mereka tidak ada yang menyandang senjata. Pengaruh mereka yang sepenuhnya merupakan pengaruh moral tidak berarti berkurang, bahkan di kalangan suku-suku yang kurang taat beragama.

Dapat dikatakan bahwa golongan sayid di Hadramaut merupakan perwakilan agama dan hukum. Mereka mendominasi pendapat umum dalam hal itu dan mereka dihormati tanpa syarat. Seorang sayid yang memasuki tempat mana pun di dunia dengan sendirinya berhak atas tempat yang terhormat. Para hadirin berusaha mencium tangannya, bahkan mereka yang berusia lebih tua atau yang berpendidikan lebih tinggi.

Mengenai anak perempuan mereka, perkawinan dengan sesorang yang bukan merupakan keturunan sayid terlarang. Meskipun hukum Islam sendiri tidak melarangnya, adat istiadat di Hadramaut menetapkan larangan kawin semacam itu yang tidak mungkin ditembus. Kepala suku yang paling berkuasa pun tidak mungkin memperisteri putri sayid.

Sejumlah sayid dianggap sebagai orang suci (wali), bahkan selama hayatnya. Sayid lain dianggap termasuk golongan orang yang awas (ahl-al-kasyaf)., Kemampuan terakhir ini terungkap oleh kemampuan menebak pikiran orang lain dan meramal. Seorang awas yang terbesar di Hadramaut adalah Sayid Muhsin bin Salim bin asy-Syaikh Abu Bakr, yang berkediaman di Inat. Katanya, doa-doanya selalu di terima Allah, dan banyak orang Arab, bahkan yang menetao di Nusantara, memberinya hadiah dengan harapan memperoleh berkah Allah bagi usahanya.

Pada umumnya para sayid dan keluarganya dapat dibedakan dari ketaatan mereka melakukan ibadah agama dan termasuk kelas terpelajar. Meskipundemikian, sebagain besar keluarga Syekh Abu Bakr lebih mementingkan kenikmatan dunia dari pada surga, Dikatakan bahwa keluarga itu terlalu mudah menyesuaikan diri dengan kehidupan suku dn cenderung menyatukan diri dengan sekelilingnya. Di dalam keluarga itu juga hampir tidak ada yang menjadi orang awas.

Keluarga ai-Idrus memiliki banyak orang suci yang memberi mukjizat baik selama hayatnya maupun setelah meninggal. Seorang suci al-Idrus yang dimakamkan di asy-Syihir pernag membuat air dengan menghujamkan tombaknya ke tanah. Orang-orang suci dari keluarga itu ada pula yang dimakamkan di tempat lain, antara lain, di Aden dan Batavia, Makam-makam tersebut merupakan tempat terkenal untuk memohon sesuatu.

× Image