Home > Budaya

Dari Sirna Ilang Kertaning Bumi Hingga No Time to Think: Akankah Umat Islam Terendam Banjir Informas

Komunikasi kini sarananya sudah luar biasa, umat Islam kebingungan kebanjiran informasi.

Kebingungannya itu makin menjadi nyata kala dia hendak membantahnya seolah tak berguna karena sudah terlanjur diketahui publik dunia. Efeknya menjadi sangat susah untuk membantah sebuah berita yang telah menjadi viral di media masa kini. Bagi Blair tentu saja situsi ini terasa seperti dunia seperti akan segera runtuh.

Semeua itu tentu saja persis yang dirasakan Prabu Brawijaya V yang kala sengkalan itu ditulis telah merasa bila kejahteraan menghilang dari kerajaan Majapahit. Jadi di zaman dahulu sandi atau sengkalan Sirna Ilang Kertaning Bumi ternyata befungsi sebagai penanda berakhirnya sebuah era, sedangkan kata itu di era komunikasi kontemporer pun sudah berubah layaknya kalimat No Time to Think. Ujaran ini pun mempunyai makna referensial yang sama dengan sengkalan berbahasa Sansekerta Sirna Ilang Kertaning Bumi. Frase No Time to Think menjadi kalimat yang juga bermakna sebagai penanda berakhirnya sebuah era, yakni masa media konvensional (media cetak).

Lalu bagaimana efeknya bagi dunia komunikasi di kalangan umat Islam? Maka jawabnya, sederhana saja. Umat Islam makin dalam hidup dalam suasana culture schok di tengah kepungan tantangan komunikasi di era milenial. Muslim semakin menderita karena jarak adaptasinya terhadap media komunikasi baru ini semakin jauh tertinggal dari publik di Barat. Bayangkan, warga di dunia Barat sudah mengenal media masa cetak semenjak mesin ini ditemukan Johanes Gutenberg di Jerman pada tahun 1450 M. Sedangkan umat Islam baru mulai akrab dengan media cetak pada dekade awal abad ke 20.

Celakanya, ketika umat Islam mulai kenal media massa cetak, secara perlahan pada saat yang sama masyarakat Barat mulai meninggalkannya karena telah muncul sarana komuniasi baru, yakni radio dan televisi pada pertengahan dekade kedua tahun 1900. Lebih celaka lagi, ketika umat Islam sudah akrab dengan media cetak, radio, dan televisi, pada dekade awal 1980-an, masyarakat Barat mulai beralih ke media internet. Perkembangan terakhir, ketika umat Islam belum ‘puguh’ pada media internet, peradaban Barat selaku penguasa dunia, mulai beralih ke media arfifical intelegent (AI). Maka ‘culture shok’ --bahkan sudah mengarah hanya sekedar menjadi korban-- makin merajam umat Islam.

× Image